Sekolah inklusi saat ini menjadi salah satu pilihan alternatif di kalangan masyarakat ketika akan menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus. Sekolah inklusi merupakan sekolah yang memberikan layanan pendidikan serta pengasuhan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yang beragam dalam setiap rombel belajarnya dengan anak normal lainnya, seperti Autis dan ADHD. Dimana dalam setiap rombelnya atau 1 kelas hanya dibatasi 2 ABK saja. Sedangkan anak disleksia memiliki IQ normal atau di atas rata-rata yang hanya memerlukan penanganan khusus dimana target belajarnya tidak dapat disamakan dengan anak lainnya. Sehingga akan menjadi kurang optimal target belajar yang ingin dicapai karena pada proses belajarnya perlu dilakukan secara berulang-ulang dan bertahap.
Yang kedua SLB juga bukanlah sekolah yang tepat untuk anak disleksia. Karena Sekolah Luar Biasa atau SLB merupakan sekolah yang memberikan pelayanan untuk ABK yang memiliki keterbatasan dalam fisik atau intelegensi, seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, dan lainnya. Sedangkan anak disleksia sendiri merupakan anak yang memiliki kelengkapan anggota tubuh dan dapat berfungsi pada semestinya, namun hanya memiliki kelemahan dalam belajar (perlu waktu yang lebih ketika mempelajari sesuatu) dan mengelola diri sendiri dalam melakukan rutinitas sehari-hari (daily activities)